Tetapi tidak demikian hakikat tanah bagi kita yang berfikir,tanah pada dasarnya adalah bersih dan suci. Wajar jika Allah SWT menjadikannya sebagai sarana penyuci di samping air,dengan tanah, kita bisa bertayammum dan beristinja serta merupakan salah satu alat terpenting dalam masalah najis mukhalazah.Dalam hadis Nabi juga disebutkan Al-Ardhu masjid (bumi itu masjid). Permukaan bumi adalah hamparan sajadah yang dapat digunakan untuk shalat.Dan di dalam Alquran tanah diberi beberapa istilah, terutama ketika Allah SWT menyebutnya sebagai asal usul dan sumber kejadian manusia,diantaranya ialah al-ardl, al-thin, al-turab.
Namun sesungguhnya tanah melambangkan kemuliaan sifat. Tanah mengajarkan sifat rendah hati. Menerima semua perbuatan yang menyakiti dan merusaknya tetapi membalasnya dengan berbagai kebaikan yang dihasilkan dan diperoleh dari dirinya,bagi seluruh mahluk hidup di atasnya
Alangkah baiknya jika kita mengibaratkan diri seperti tanah yang semakin lama harganya semakin mahal karena sangat dibutuhkan. Tidakkah sebaiknya demikian untuk diri ini dengan bertambahnya usia ?
Hakikat tanah ini bisa kita ambil dari pembelajaran fikih tentang menguburkan jenazah,ketika mayat di masuk kan kedalam lahat dan di hadapkan ke arah kiblat,maka ada tiga bongkahan tanah yang akan menjadi penyangga,satu pada bagian kepala dengan doa Minhaaklaqnakum ( dari sinilah kamu di cipatakan) yang kedua pada pinggang mayat dengan doa Wafihaa nung'idukuum ( dari sinilah kamu di hidupkan) dan yang ketiga pada kaki mayat dengan doa Waafihaa nukhrijukuum taraathan ukhra ( dan di sinilah kamu di kembalikan). Maha suci Allah dengan segala zatNya yang telah menghidup dan mematikan manusia atas kehendakNya.
Sebagai bahan muhasabah diri mari mempersiapkan untuk kehidupan di akhirat nanti, patut kita renungkan ketika seseorang dipanggil keharibaan Allah SWT, yang merupakan tempat kembalinya setiap makhluk. Sebagaimana yang telah kita yakini bahwa yang akan mengikuti mayat ada tiga: keluarga, harta, dan amalnya. Ada dua yang kembali yaitu; keluarga dan hartanya,sementara amalnya akan tinggal bersamanya.Mari kita belajar dari hakikat tanah.
Penulis.
Husna Dessi,S.Ag.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar