Setitik Asa pada bayangan Semu.

oleh: Husna Dessi,S.Ag
     Kehilangan bukan berarti kesedihan,bahagia pun bukan berarti tertawa,jika ini kesempatan ku untuk menuliskan sebahagian dari kisah seorang anak yang hanya memiliki harapan untuk berkumpul dan bercengkrama dengan sosok sang ayah yang ternyata dekat tapi jauh untuk di jangkau,akan ku tulis kisah ini se indah mungkin,kisah tanpa tangis kisah tanpa caci maki dan carut marut,kisah yang di dalamnya tidak ada penghinaan dan tidak ada penghargaan,kisah yang hanya berisi cerita manis dan penuh kasih sayang,dan dari sinilah asa itu di mulai.
     Dunia adalah tentang kebahagiaan dan kesedihan yang hidup berdampingan bersama,dan hal ini pun yang selalu hadir dalam keinginan seorang anak terhadap sang ayah yang hanya bisa dia panggil tanpa bisa untuk bersama.Ayah baginya bagaikan bayang-bayang,dikejar tak mampu dikejar, bila ditangkap juga tak akan mampu diraih,itulah arti ayah bagi nya,dekat tapi jauh,ia hanya bisa sekedar dilihat tapi tak mampu dipegang,tapi sang ayah sungguh nyata dalam kehidupan namun tak bisa dia raih.Namun dalam tatapannya dia selalu berharap ayah bukan hanya sekedar bayangan yang hanya muncul ketika ada cahaya yang datang sesaat kemudian hilang bersamaan dengan cahaya yang pergi tanpa pamit dan tidak tau pasti akan kembali,namun dia tetap berharap dan menitipkan asa pada satu bayangan yang dia panggil "Biyah".Dia sadar akan kehilanganmu, tapi yang dia masih berharap agar ayah menemuinya, sekali saja pun tidak apa-apa,tapi mengapa kau tidak datang, ayah?dan pagi itu pun tangisnya pecah.
     Ayah, engkau adalah hakim terbaik dan teradil yang pernah kutemui. Aku tidak tahu mengapa keputusanmu begitu tepat, sangatlah adil, dan sangat bijaksana. Entah di perguruan tinggi mana kau mempelajari ilmu keadilan. Aku dan waktu mu tidak pernah ada dalam kamus hidup mu,entah mengapa,entah kesalahan ku dan ibu ku yang selalu ingin meminta waktu mu walau hanya sesaat.Aku tak tahu dari mana harus memulainya. Sesungguhnya kata-kata tidak akan mampu menggambarkan betapa berartinya ayah bagiku. Untaian kata ini juga tak mampu mengungkapkan betapa ayah akan selalu aku butuhkan sepanjang hidup ini. Jika ayah dapat mendengarku, aku ingin mengatakan bahwa aku sangat merindukanmu".
     Aku lepas memandang langit senja ini. Sejauh mata ini memandang, semakin jauh hatiku bergetar. Rindu teguranmu, rindu kasih sayangmu,senja ini tampak merah, anginnya berdesir halus di telingaku. Selembut belaianmu waktu tangan mungilku mulai manja memegang jemarimu. Langit begitu biru, indah mempesona layaknya langkahmu ketika mengejar waktu. Matahari begitu cerah semanja suaramu ketika asik bermain denganku. Udaranya begitu sejuk, sebersih hatimu ketika mengharapkan kehadiranku.Dan itu hanya setitik asa pada bayangan semu mu "Biyah".

(Husna Dessi,S.Ag)
     

     
     

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
Lubuk Basung, Agam Sumatera Barat, Indonesia

Cari Blog Ini

Pengikut